Menghitung hari
Saat permata yang ku buang kerna difikirnya kaca
berubah tangan kepada pemilik yang baru.
Harga yang harus ku bayar
atas kebodohan sendiri
mana sanggup orang membuang permata
ke tempat paling keji
sedangkan nilainya terlalu tinggi.
Terlalu cepat engkau menghukumnya kaca
sedang belum engkau telek dengan teliti.
Luaran seakan sama
tapi dengan mata hati
sungguh dia permata yang paling menyinari.
Ku mula berkira-kira,
menanti penuh debar,
saat engkau menjadi seindah indahnya,
saat engkau berkilau bergemerlapannya,
menyinari hidup si pemilik baru.
Saat itu,
aku tahu
aku sekelam kelamnya
bersembunyi dicelah celah sempit
agar tidak melihat dan dilihat
betapa airmata deras mengalir
ku tepukkan tanda gembira
kerna permata itu tidak lagi sendirian
mengharungi kejinya tempat dia aku buang.
Kini dia bahagia.
Aku turut bahagia
bersama luka semalam.
No comments:
Post a Comment